Mitos Dan Fakta Gula Aren, Ternyata Aman Untuk Diabetes Hingga Jaga Stamina

Mitos Dan Fakta Gula Aren, Ternyata Aman Untuk Diabetes Hingga Jaga Stamina
Mitos Dan Fakta Gula Aren, Ternyata Aman Untuk Diabetes Hingga Jaga Stamina. Makanan manis memang lekat di lidah orang Indonesia. Selain gula pasir yang sudah sering dikonsumsi sehari-hari, ada pula gula Jawa dan gula aren. Gula berwarna kecokelatan itu sering digunakan dalam berbagai makanan dan minuman tradisional Indonesia.
Gula aren terbuat dari air nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon aren. Tanaman tersebut ‘kaya’ akan kandungan karbohidrat dalam bentuk glukosa. Gula aren dicetak secara tradisional dengan batok kelapa namun ada juga berbentuk silinder seperti gula Jawa
Gula aren Vs gula Jawa
 
Tekstur gula Jawa dan gula aren memang serupa. Namun begitu, cita rasa dan warnanya tidak sama. Karena bentuk dan tekstur yang mirip, banyak yang terkecoh mengira gula aren sebagai gula Jawa. Jika dicermati, ada perbedaan di antara kedua jenis gula tersebut.
Gula aren memiliki warna cokelat yang sangat pekat. Saat dipegang atau dicubit, gula akan langsung retak. Hal itu karena gula terbuat dari aren asli, tanpa campuran bahan lain. Makanya, sulit untuk mendapatkan gula aren, bahkan bisa dibilang langka. Permintaan gula aren untuk pasar domestik dan mancanegara (Australia, Belanda dan Korea Selatan) hingga kini cenderung tinggi. Sebab gula aren masuk dalam kategori makanan organik tanpa zat kimia.
Sedangkan gula Jawa mempunyai warna cokelat yang lebih muda. Jika dicubit, tekstur gula Jawa terasa keras karena mengandung campuran gula putih.
Mitos dan Fakta yang beredar
Meski ternyata bahan pembuatnya berbeda, masih banyak pendapat yang menyebutkan bahwa gula aren dan gula Jawa adalah sama.
“Ini mitos, mereka berbeda (gula aren dan gula Jawa). Gula Aren terbuat dari bahan baku pembuat, sedangkan gula Jawa asalnya dari getah tanaman kelapa. Gula aren terbuat dari tanaman yang diambil getahnya. Tapi kalau lihat kandungannya hampir sama,” kata dr Juwalita Surapsari, Mgizi, SpGK pada program Ayo Hidup Sehat, Senin, 12 November 2018.
Selain perbedaan itu, ternyata mereka memiliki persamaan kandungan. Karena kedua gula ini memiliki kandungan sukrosa. Sukrosa yang terdapat dalam gula pasir, pada gula aren dan gula Jawa kandungan sukrosanya kira-kira 70 persen, jadi terbilang tinggi. Sukrosa berkalori tinggi, jika terlalu banyak dikonsumsi muncul risiko gula darah naik dengan cepat. Kandungan lain dalam gula aren dan gula Jawa meliputi glukosa dan laktosa. Dengan demikian menurut Juwalita, jika dibandingkan kandungan keduanya sama saja.
 
Lantas benarkah jika memiliki riwayat sakit gula, biasanya pasien anti mengonsumsi berbagai jenis gula, termasuk gula aren.
“Ini mitos, pada penderita diabetes, sebetulnya masih boleh makan gula. Tapi ada batasnya, yang penting kita tahu berapa porsi maksimal yang boleh dikonsumsi, hati-hati dengan porsinya,” katanya.
“Orang dengan sakit diabetes boleh makan gula sehari maksimal 25 gram. Bagaimana tahu 25 gram, begini caranya. Kalau gula aren kita hancurkan, lalu letakkan di sendok makan kira-kira dalam sehari hanya boleh konsumsi satu setengah sendok makan, hal yang sama berlaku untuk konsumsi gula pasir,” jelasnya.
Lebih oke mana, gula aren atau gula pasir?
“Kalau dilihat komposisi sukrosanya keduanya 70%, jadi sama tingginya. Proses pembuatan gula aren lebih singkat, sedangkan gula pasir dari tebu diolah, dimurnikan jadi prosesnya lebih panjang. Ketika prosesnya lebih panjang, maka kandungan mineral sudah banyak yang hilang. Sedangkan kandungan mineral dalam gula aren lebih bisa dipertahankan. Meskipun mengandung mineral, kita makannya jangan banyak-banyak. Sebelum kita mendapat manfaat mineral yang baik, kita sudah kelebihan makan gula,” katanya.
Selain untuk pemanis makanan, gula aren dipercaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit, salah satunya sariawan, mitos atau fakta? “Itu mitos. Biasanya yang seperti ini testimoni satu orang, efek ke orang lain bisa jadi berbeda,” katanya.
Selain itu, ada anggapan konsumsi gula aren bisa bantu jaga stamina tubuh. “Ini fakta. Biasanya pada olahragawan, saat lari maraton mereka bawa bekal salah satunya gula aren. Karena gula aren merupakan sumber energi cepat. Sambil lari, dia makan gula aren untuk menambah asupan. Gula aren termasuk karbohidrat sederhana yang mudah dipakai oleh tubuh. Ini konteksnya pada olahraolahragawan gawan,” katanya.

Comments

Popular posts from this blog

Jika Kurang Tidur Sebaiknya Banyak Minum Air, Ini Alasannya

Kemenag Diminta Ketua DPR Untuk Kaji Ulang Rencana Terbitkan Kartu Nikah